Indonesia menguasai sepertiga kebutuhan minyak nabati dunia yang mencapai sekitar 65 juta ton sehingga menjadi target kampanye negatif Uni Eropa. (ANTARA FOTO/Regina Safri) |
Info1 Indonesia
--
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit
(BPDP-KS) mengklaim tanaman kelapa sawit paling efisien dalam
menghasilkan Bahan Bakar Nabati (BBN).
Direktur Utama BPDP-KS Dono Boestami menuturkan, saat ini total lahan minyak nabati di dunia mencapai 277 juta hektare (ha). Dari luas tersebut, lahan sawit saat ini hanya mencapai 6 persen atau seluas 16 juta ha.
Sementara itu, luas lahan kedelai di dunia mencapai 122 juta ha, biji rapa (rapessed) seluas 36 juta ha dan bunga matahari seluas 25 juta ha. Sisanya, 77 juta ha lahan ditanami penghasil minyak nabati lainnya.
"Tanaman sawit ini menghasilkan 4 juta ton per ha, sedangkan keledai hanya 0,4 juta ton per ha," ujar Dono dalam Workshop Media BPDP-KS di Pangkal Pinang, Selasa (26/4).
Adapun biji rapa menghasilkan sebanyak 0,7 juta ton per ha dan bunga mataharu menghasilkan 0,6 juta ton per ha.
Direktur Utama BPDP-KS Dono Boestami menuturkan, saat ini total lahan minyak nabati di dunia mencapai 277 juta hektare (ha). Dari luas tersebut, lahan sawit saat ini hanya mencapai 6 persen atau seluas 16 juta ha.
Sementara itu, luas lahan kedelai di dunia mencapai 122 juta ha, biji rapa (rapessed) seluas 36 juta ha dan bunga matahari seluas 25 juta ha. Sisanya, 77 juta ha lahan ditanami penghasil minyak nabati lainnya.
"Tanaman sawit ini menghasilkan 4 juta ton per ha, sedangkan keledai hanya 0,4 juta ton per ha," ujar Dono dalam Workshop Media BPDP-KS di Pangkal Pinang, Selasa (26/4).
Adapun biji rapa menghasilkan sebanyak 0,7 juta ton per ha dan bunga mataharu menghasilkan 0,6 juta ton per ha.
Dengan produktivitas yang tinggi tersebut, menurut dia, saat ini,
Indonesia menguasai sepertiga kebutuhan minyak nabati dunia yang
mencapai sekitar 65 juta ton. Adapun pada tahun lalu, Indonesia tercatat
sebagai negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan
produksi mencapai 31,5 juta ton.
Ketua Dewan Pengawas BPDP-KS Rusman Heriyawan menuturkan dari seluruh komoditas, saat ini hanya tanaman sawit yang masih membuat Indonesia tercatat menjadi produsen terbesar nomer satu di dunia. Untuk itu, menurut Rusman, penting bagi Indonesia untuk memastikan keberlangsungan industri kelapa sawit di Indonesia.
"Karena Indonesia dinilai paling menonjol adalah sawit. Maka Indonesia yang paling di-bully dengan kampanye negatif," terangnya.
Pada 2050 mendatang menurut dia, kebutuhan minyak nabati diperkirakan mencapai 200 juta ton. Kebutuhan tersebut pun akan sulit dipenuhi tanpa menggunakan tanaman sawit. (op/adm)
Ketua Dewan Pengawas BPDP-KS Rusman Heriyawan menuturkan dari seluruh komoditas, saat ini hanya tanaman sawit yang masih membuat Indonesia tercatat menjadi produsen terbesar nomer satu di dunia. Untuk itu, menurut Rusman, penting bagi Indonesia untuk memastikan keberlangsungan industri kelapa sawit di Indonesia.
"Karena Indonesia dinilai paling menonjol adalah sawit. Maka Indonesia yang paling di-bully dengan kampanye negatif," terangnya.
Pada 2050 mendatang menurut dia, kebutuhan minyak nabati diperkirakan mencapai 200 juta ton. Kebutuhan tersebut pun akan sulit dipenuhi tanpa menggunakan tanaman sawit. (op/adm)
0 komentar:
Posting Komentar