Museum Tsunami Aceh

Posted By Unknown on 18/04/17 | 19.59


Museum Tsunami Aceh
Info1 Indonesia - Untuk mengingat bencana alam yang terjadi Pada hari Minggu 26 Desember 2004. Bencana alam yang paling dahsyat dalam sejarah tercatat terjadi: pada jam 07.00 pagi waktu setempat di Aceh, - provinsi paling utara di pulau Sumatera,  ketika gempa besar dengan pusat gempa 9,2 RS dekat pulau Simeuleu, dekat dengan pantai Aceh mengguncang daerah tersebut. Kemudian diikuti oleh tsunami besar yang menerjang daratan di Aceh dalam waktu hanya 15 menit. Pada akhir hari tsunami Samudera Hindia telah menewaskan 280.000 di empat belas negara di seluruh Samudera Hindia dari Indonesia, Thailand, Srilanka hingga Seychelles dan Madagaskar, menenggelamkan daerah pesisir dengan gelombang sampai 30 meter.

Dikenal sebagai Gempa dan tsunami Samudra Hindia 2004, wilayah luas dari pantai barat Aceh yang meliputi kota-kota Banda Aceh, Calang, dan Meulaboh, hancur total yang terletak paling dekat dengan pusat gempa, tidak memberikan waktu bagi siapa pun untuk melarikan diri. Diperkirakan bahwa lebih dari 170.000 orang tewas akibat tsunami di Aceh dan sekitar 500.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Sebagai monumen dan pengingat simbolis bencana yang luar biasa ini, Museum Tsunami Aceh secara resmi dibuka pada Februari 2008, yang berfungsi sebagai pusat pendidikan serta penanggulangan darurat bencana tsunami.

Museum bangunan mengadopsi rumah tradisional Aceh, sementara pada saat yang sama itu menyerupai kapal dengan corong yang menonjol. Arsitektur museum menggabungkan rumah tradisional Aceh dengan tempat berlindung untuk melayani sebagai pusat evakuasi dari tsunami pada akhirnya. Bangunan ini dihiasi dengan pola yang menggambarkan Tari Saman tradisional, sebuah grafis diterangi kata "Allah", dan memiliki taman kota yang terbuka.

Desain dan arsitektur dibuat oleh M.Ridwan Kamil, arsitek terkenal yang saat ini Walikota Bandung, ibu kota Jawa Barat. Tata letak bangunan juga menangkap episentrum bencana gempa dan tsunami.
Melangkah ke dalam, kita akan menemukan sebuah lorong sempit dengan air yang mengalir dari kedua sisi disertai dengan suara gemuruh yang menakutkan, mengingatkan dari pembinasaan yang dibuat oleh tsunami tahun 2004. Museum juga dilengkapi dengan simulasi elektronik gempa bumi Samudra Hindia, gambar dari korban, dan cerita dan kesaksian dari korban.

Membangun museum telah menelan biaya sekitar Rp70 miliar, dan terdiri dari 2 lantai. Lantai pertama adalah daerah ruang terbuka yang berfungsi sebagai pengingat dari bencana tsunami. Ada beberapa bagian di lantai pertama yang mengingat hari malang termasuk pra-tsunami, selama tsunami, dan gambar pasca-tsunami. Beberapa gambar, sisa-sisa, dan diorama sebuah dipamerkan di sini. Beberapa diorama yang paling menonjol adalah kapal nelayan yang terkena gelombang tinggi dan berlari ke pantai. Ada juga gambar dari PLTD Apung kapal yang tersapu dan dibawa jauh di pedalaman untuk akhirnya kandas di Punge Blang Cut.

Lantai 2 dilengkapi dengan media pendidikan termasuk perpustakaan, kamar simulasi, ruang 4D, dan toko suvenir. Beberapa dipamerkan di sini adalah bangunan tahan gempa dan model simulasi kerak bumi. Ada juga ruang diorama menampilkan lukisan dan bencana tsunami.
Museum Tsunami Aceh didirikan atas prakarsa beberapa pihak yaitu Rekonstruksi Dewan Aceh-Nias, Departemen Energi dan Sumber Daya Alam, Provinsi Aceh, Kota Banda Aceh, dan Ikatan Arsitek Indonesia.

Museum adalah tempat yang sempurna untuk mengamati dan mempelajari bagaimana Gempa dan Tsunami Samudra Hindia 2004 melanda Aceh dan apa yang dapat dipelajari dari ini.
Di antara fitur unik dari museum adalah ruangan khusus yang disebut Cahaya Allah yang merupakan ruang silinder menuju tulisan "Allah" dari atas, yang merupakan pemandangan yang mengesankan diterangi oleh sinar matahari, menciptakan sebuah tontonan yang mengagumkan.
Jika Anda ingin mengalami daya rusak gempa, Anda dapat mencoba ruang simulasi gempa bumi atau menyentuh meja bergetar pada tingkat kekuatan yang berbeda. Ada juga Bukit Cahaya yang diisi dengan sejumlah tiang, yang digunakan untuk menempatkan bunga di memori para korban dalam tragedi ini.

LETAK :

Museum Tsunam Aceh ini terletak di Jalan Iskandar Muda, Banda Aceh, dan buka setiap hari selasa - minggu dari 08,30-12,00, dan 14,00-16,15Waktu Indonesia Barat.

AKSES :

Karena letaknya yang berada di tengah kota Museum Tsunami ini mudah di temukan, Museum ini berada di Jalan Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi menuju Museum ini, atau menggunakan kendaraan umum sperti angkot atau disebut labi-labi, bentor maupun taksi. Jika Anda menggunakan kendaraan pribadi dari arah Jalan Sulaeman Daud belok kiri menuju Jalan Nyak Adam Kamil 5, belok kiri lagi menuju Jalan Sultan Iskandar Muda, ikuti jalan ini hingga menemukan Museum Tsunami yang berada persis di pinggir jalan.

Jika Anda menggunakan Labi-Labi (angkot) Anda bisa menggunakan labi-labi nomer 05 jurusan Terminal Punge-Ulee Lheu. Anda bisa menemukan labi-labi, di pangkalan yang berada di Terminal Keudah di dekat Baiturrahman. Tarifnya sekitar Rp 4.000 per orang.
Jika menggunakan Bentor atau becak montor Anda harus membayar tariff sekitar Rp 15.000 sampai Rp 20.000 per becak.

TARIF :

Gratis

(op/adm)
Blog, Updated at: 19.59

0 komentar:

Posting Komentar

TRANSLATE

Popular Posts

loading...