![]() |
Museum Tsunami Aceh |
Info1 Indonesia - Untuk mengingat bencana alam yang terjadi Pada hari Minggu 26 Desember 2004. Bencana
alam yang paling dahsyat dalam sejarah tercatat terjadi: pada jam 07.00
pagi waktu setempat di Aceh, - provinsi paling utara di pulau Sumatera,
ketika gempa besar dengan pusat gempa 9,2 RS dekat pulau Simeuleu,
dekat dengan pantai Aceh mengguncang daerah tersebut. Kemudian diikuti
oleh tsunami besar yang menerjang daratan di Aceh dalam waktu hanya 15
menit. Pada akhir hari tsunami Samudera Hindia telah menewaskan 280.000
di empat belas negara di seluruh Samudera Hindia dari Indonesia,
Thailand, Srilanka hingga Seychelles dan Madagaskar, menenggelamkan
daerah pesisir dengan gelombang sampai 30 meter.
Dikenal sebagai Gempa dan tsunami Samudra Hindia 2004,
wilayah luas dari pantai barat Aceh yang meliputi kota-kota Banda Aceh,
Calang, dan Meulaboh, hancur total yang terletak paling dekat dengan
pusat gempa, tidak memberikan waktu bagi siapa pun untuk melarikan diri.
Diperkirakan bahwa lebih dari 170.000 orang tewas akibat tsunami di
Aceh dan sekitar 500.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Sebagai monumen dan pengingat simbolis bencana yang luar
biasa ini, Museum Tsunami Aceh secara resmi dibuka pada Februari 2008,
yang berfungsi sebagai pusat pendidikan serta penanggulangan darurat
bencana tsunami.
Museum bangunan mengadopsi rumah tradisional Aceh,
sementara pada saat yang sama itu menyerupai kapal dengan corong yang
menonjol. Arsitektur museum menggabungkan rumah tradisional Aceh dengan
tempat berlindung untuk melayani sebagai pusat evakuasi dari tsunami
pada akhirnya. Bangunan ini dihiasi dengan pola yang menggambarkan Tari
Saman tradisional, sebuah grafis diterangi kata "Allah", dan memiliki
taman kota yang terbuka.
Desain dan arsitektur dibuat oleh M.Ridwan Kamil,
arsitek terkenal yang saat ini Walikota Bandung, ibu kota Jawa Barat.
Tata letak bangunan juga menangkap episentrum bencana gempa dan tsunami.
Melangkah ke dalam, kita akan menemukan sebuah lorong
sempit dengan air yang mengalir dari kedua sisi disertai dengan suara
gemuruh yang menakutkan, mengingatkan dari pembinasaan yang dibuat oleh
tsunami tahun 2004. Museum juga dilengkapi dengan simulasi elektronik
gempa bumi Samudra Hindia, gambar dari korban, dan cerita dan kesaksian
dari korban.
Membangun museum telah menelan biaya sekitar Rp70
miliar, dan terdiri dari 2 lantai. Lantai pertama adalah daerah ruang
terbuka yang berfungsi sebagai pengingat dari bencana tsunami. Ada
beberapa bagian di lantai pertama yang mengingat hari malang termasuk
pra-tsunami, selama tsunami, dan gambar pasca-tsunami. Beberapa gambar,
sisa-sisa, dan diorama sebuah dipamerkan di sini. Beberapa diorama yang
paling menonjol adalah kapal nelayan yang terkena gelombang tinggi dan
berlari ke pantai. Ada juga gambar dari PLTD Apung kapal yang tersapu
dan dibawa jauh di pedalaman untuk akhirnya kandas di Punge Blang Cut.
Lantai 2 dilengkapi dengan media pendidikan termasuk
perpustakaan, kamar simulasi, ruang 4D, dan toko suvenir. Beberapa
dipamerkan di sini adalah bangunan tahan gempa dan model simulasi kerak
bumi. Ada juga ruang diorama menampilkan lukisan dan bencana tsunami.
Museum Tsunami Aceh didirikan atas prakarsa beberapa
pihak yaitu Rekonstruksi Dewan Aceh-Nias, Departemen Energi dan Sumber
Daya Alam, Provinsi Aceh, Kota Banda Aceh, dan Ikatan Arsitek Indonesia.
Museum adalah tempat yang sempurna untuk mengamati dan
mempelajari bagaimana Gempa dan Tsunami Samudra Hindia 2004 melanda Aceh
dan apa yang dapat dipelajari dari ini.
Di antara fitur unik dari museum adalah ruangan khusus
yang disebut Cahaya Allah yang merupakan ruang silinder menuju tulisan
"Allah" dari atas, yang merupakan pemandangan yang mengesankan diterangi
oleh sinar matahari, menciptakan sebuah tontonan yang mengagumkan.
Jika Anda ingin mengalami daya rusak gempa, Anda dapat
mencoba ruang simulasi gempa bumi atau menyentuh meja bergetar pada
tingkat kekuatan yang berbeda. Ada juga Bukit Cahaya yang diisi dengan
sejumlah tiang, yang digunakan untuk menempatkan bunga di memori para
korban dalam tragedi ini.
LETAK :
Museum Tsunam Aceh ini terletak di Jalan Iskandar Muda,
Banda Aceh, dan buka setiap hari selasa - minggu dari 08,30-12,00,
dan 14,00-16,15Waktu Indonesia Barat.
AKSES :
Karena letaknya yang berada di tengah kota Museum Tsunami ini mudah
di temukan, Museum ini berada di Jalan Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh.
Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi menuju Museum ini, atau
menggunakan kendaraan umum sperti angkot atau disebut labi-labi, bentor
maupun taksi. Jika Anda menggunakan kendaraan pribadi dari arah Jalan
Sulaeman Daud belok kiri menuju Jalan Nyak Adam Kamil 5, belok kiri lagi
menuju Jalan Sultan Iskandar Muda, ikuti jalan ini hingga menemukan
Museum Tsunami yang berada persis di pinggir jalan.
Jika Anda menggunakan Labi-Labi (angkot) Anda bisa menggunakan labi-labi
nomer 05 jurusan Terminal Punge-Ulee Lheu. Anda bisa menemukan
labi-labi, di pangkalan yang berada di Terminal Keudah di dekat
Baiturrahman. Tarifnya sekitar Rp 4.000 per orang.
Jika menggunakan Bentor atau becak montor Anda harus membayar tariff sekitar Rp 15.000 sampai Rp 20.000 per becak.
TARIF :
Gratis
(op/adm)
0 komentar:
Posting Komentar