Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto. (toga) |
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, saat ini pemerintah telah menyederhanakan sejumlah perizinan investasi melalui paket kebijakan ekonomi yang dinilai ampuh menggairahkan iklim investasi industri.
"Terutama dengan adanya penurunan harga gas industri dan harga komoditas mulai bangkit," ucap Airlangga dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (1/5).
Bila target investasi tersebut berada dalam genggaman industri, Airlangga menyebutkan, manfaatnya tak hanya terasa pada industri IKTA, namun turut mengerek pertumbuhan industri pengolahan non-migas secara nasional yang ditargetkan menembus kisaran 5,2 sampai 5,4 persen tahun ini. Pada tahun lalu saja, dengan nilai investasi sebesar Rp122,5 triliun, industri IKTA mampu memberi topangan sekitar 37,24 persen ke industri pengolahan non-migas.
Selain itu, manfaatnya tak hanya secara langsung dirasakan oleh industri, namun mampu menggerakkan sektor lain, misalnya menyerap tenaga kerja dan memberi kontribusi lebih besar pada pertumbuhan ekonomi.
Bahkan, kontribusi industri pengolahan non-migas kepada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun lalu saja mencapai 18,2 persen. Sedangkan bila ditambah industri pengolahan batubara dan pengilangan migas, sumbangan industri pengolahan mencapai 20,51 persen ke PDB.
“Nilai tambah yang diciptakan sektor industri tidak hanya berasal dari proses produksi, tetapi juga mencakup seluruh aktivitas jasa yang terkait sampai dengan produk tersebut sampai kepada konsumen,” jelas Airlangga.
Sementara itu, Direktur IKTA Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono menambahkan, potensi aliran investasi sesuai target pemerintah, tak sulit diraih karena sejalan dengan pertumbuhan pelaku usaha di sektor industri IKTA.
Berdasarkan data Kemenperin, di 2014 ada 473 perusahaan yang bergerak di industri IKTA. Lalu, meningkat menjadi 591 perusahaan di 2015 dan 677 perusahaan di 2016. Sedangkan tahun ini, ditargetkan menembus 753 perusahaan.
Bersamaan dengan laju pertumbuhan investasi dan pelaku usaha, pemerintah, kata Sigit, juga terus berupaya mengembangkan industri IKTA yang telah ada, misalnya industri pupuk dan petrokimia di Bintuni, Papua Barat dan memfasilitasi pembangunan pabrik petrokimia di Masela.
Kemudian, pemerintah juga mempercepat pembangunan industri berbasis gasifikasi batubara di Kalimantan Timur, Muara Enim di Sumatera Selatan, dan Mesuji di Lampung. Lalu, mempercepat pembangunan industri turunan amonia berbasis gas di Donggi Senoro, Sulawesi Tengah dan pembangunan pabrik bahan baku obat berbasis migas.
“Selain peningkatan daya saing dan produktivitas industri serta pengembangan perwilayahan industri di luar pulau Jawa, penumbuhan populasi industri juga menjadi fokus kami untuk mendorong pertumbuhan industri nasional," kata Sigit. (op/adm)
0 komentar:
Posting Komentar