American Petroleum Institute melaporkan bahwa data persediaan minyak AS meningkat 897 ribu barel pada pekan lalu (REUTERS/Sergei Karpukhin) |
Info1 Indonesia
--
Harga minyak ditutup menguat pada hari Kamis waktu
Amerika Serikat di dalam sesi perdagangan yang bergejolak.
Dikutip dari Reuters, harga minyak yang bergejolak utamanya masih dipengaruhi oleh sentimen kenaikan produksi minyak AS versus kebijakan pembatasan produksi organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC).
Dikutip dari Reuters, harga minyak yang bergejolak utamanya masih dipengaruhi oleh sentimen kenaikan produksi minyak AS versus kebijakan pembatasan produksi organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC).
Namun, harga minyak anjlok setelah American Petroleum Institute
melaporkan bahwa data persediaan minyak AS meningkat 897 ribu barel pada
pekan lalu. Padahal, analis memperkirakan bahwa stok minyak akan
berkurang 1,6 juta barel.
API juga mengatakan, persediaan bensin AS juga meningkat sebesar 4,4 juta barel pada periode yang sama. Padahal, analis memperkirakan persediaan bensin akan menurun sebesar 1 juta barel seiring permintaan musim panas sudah mendekat.
Pelaku pasar akan memantau ketat data mingguan Energy Information Administration (EIA) yang terbit pada Rabu (26/4) pekan ini. Di samping itu, kantor berita Interfax mengabarkan, Wakil Perdana Menteri Rusia Arkady Dvokovich memberi sinyal bahwa Rusia kemungkinan akan menambah produksi minyaknya.
Meski demikian, harga West Texas Intermediate (WTI) berjangka CLc1 masih bisa terdongkrak tipis US$0,33 per barel ke angka US$49,56 per barel. Sementara itu, harga Brent berjangka LCOc1 ditutup menguat US$0,5 per barel ke angka US$52,10 per barel. (op/adm)
API juga mengatakan, persediaan bensin AS juga meningkat sebesar 4,4 juta barel pada periode yang sama. Padahal, analis memperkirakan persediaan bensin akan menurun sebesar 1 juta barel seiring permintaan musim panas sudah mendekat.
Pelaku pasar akan memantau ketat data mingguan Energy Information Administration (EIA) yang terbit pada Rabu (26/4) pekan ini. Di samping itu, kantor berita Interfax mengabarkan, Wakil Perdana Menteri Rusia Arkady Dvokovich memberi sinyal bahwa Rusia kemungkinan akan menambah produksi minyaknya.
Meski demikian, harga West Texas Intermediate (WTI) berjangka CLc1 masih bisa terdongkrak tipis US$0,33 per barel ke angka US$49,56 per barel. Sementara itu, harga Brent berjangka LCOc1 ditutup menguat US$0,5 per barel ke angka US$52,10 per barel. (op/adm)
0 komentar:
Posting Komentar