Putin dan Rouhani Serukan Penyelidikan Atas Serangan Kimia Suriah

Posted By Unknown on 10/04/17 | 18.08

 
para korban serangan kimia di Suriah (Foto: Reuters)
Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Iran Hassan Rouhani menegaskan bahwa serangan Amerika Serikat terhadap Suriah adalah tak dibolehkan dan melanggar hukum internasional.

Kedua pemimpin juga menyerukan adanya penyelidikan obyektif atas insiden yang melibatkan senjata kimia di wilayah Suriah pada Selasa (4/4) lalu. Demikian pernyataan pemerintah Rusia seperti dilansir kantor berita Reuters, Senin (10/4/2017).

Sementara itu pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyatakan bahwa serangan rudal AS ke pangkalan udara Suriah merupakan "kesalahan strategis, dan pengulangan kesalahan di masa lalu."

Sebelumnya pada Jumat (7/4) dini hari waktu Suriah, militer AS menembakkan 59 rudal Tomahawk dari dua kapal perang AS, USS Porter dan USS Ross, yang siaga di Laut Mediterania bagian timur. Rudal-rudal itu ditembakkan secara terarah pada pesawat tempur, landasan udara dan pusat pengisian bahan bakar di pangkalan udara Shayrat, dekat kota Homs. Ini merupakan pertama kalinya AS melancarkan aksi militer langsung terhadap pasukan Presiden Bashar al-Assad sejak konflik pecah di negeri itu pada tahun 2011.

Menurut media nasional Suriah, SANA, serangan rudal AS menewaskan 9 warga sipil, terdapat sedikitnya empat anak-anak. Namun menurut organisasi pemantau konflik Suriah, Syrian Observatory for Human Rights, empat tentara Suriah termasuk seorang perwira senior tewas dalam serangan AS itu. Perwira senior yang tewas dilaporkan berpangkat jenderal, namun identitasnya belum diketahui pasti.

Serangan rudal AS tersebut diperintahkan oleh Presiden Donald Trump menyusul gas beracun di kota Khan Shaykhun, provinsi Idlib, Suriah pada Selasa (4/4) yang menewaskan setidaknya 86 orang, termasuk puluhan anak-anak. Pemerintah AS dan negara-negara Barat lainnya menuduh rezim Presiden Assad sebagai dalang serangan kimia tersebut. Namun Suriah dan sekutu utamanya, Rusia membantah keras tuduhan tersebut. (detik.com)
Blog, Updated at: 18.08

0 komentar:

Posting Komentar

TRANSLATE

Popular Posts

loading...