Korban Protes Venezuela Bertambah

Posted By Unknown on 17/05/17 | 09.54

Venezuela
demonstrasi di Venezuela.(AFP PHOTO / CARLOS BECERRA)
Info1 Indonesia -- Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) akan melakukan diskusi terkait krisis Venezuela, setelah korban tewas dari warga sipil bertambah menjadi 42 orang. Diskusi tersebut akan digelar hari ini, Rabu (17/5).

Amerika Serikat meminta DK PBB melakukan diskusi tertutup Rabu pagi, menyusul pembicaraan mengenai Somalia dan Eritrea.

Adapun, di Venezuela, korban warga sipil terus berjatuhan. Jaksa penuntut menyebutkan remaja berusia 17 tahun dan dua pria tewas akibat tertembak dalam aksi demonstrasi yang belangsung Senin (15/5) di Pedraza.

“Dia sempat dibawa ke rumah sakit namun meninggal pada Selasa pagi,” kata kantor jaksa penuntut umum, dikutip AFP.

Sementara, dua orang lainnya, yang masing-masing berusia 31 dan 33 tahun, tewas tertembak di demonstrasi yang berlangsung di kota San Antonio de los Altos dan Tachira.

Tiga korban terbaru itu menambah jumlah korban tewas dari warga sipil menjadi 42 orang.

Angka itu juga membuat protes beruntun yang telah berlangsung selama 6 minggu ini nyaris semematikan aksi demonstrasi 2014, yang menewaskan 43 orang.

Demonstrasi yang digelar kelompok oposisi di Venezuela terus berlangsung sejak 1 April lalu. Mereka menuntut Presiden Nicolas Maduro mundur dari jabatannya karena dianggap penyebab krisis ekonomi, sosial dan politik sekaligus. Selain itu, krisis juga menyebabkan inflasi tiga kali lipat yang membuat warga kesulitan mendapatkan makanan serta obat-obatan.

Di sisi lain, pemerintah dan kelompok oposisi juga silih tuding soal keberadaan pasukan bersenjata yang memicu kekerasan dalam protes.

Pasukan keamanan Venezuela umumnya menggunakan gas air mata, peluru karet dan meriam air untuk menekan warga. Sementara warga sipil menggunakan senjata seperti batu, botol, bom molotov dan terakhir, poopootov alias bom kotoran manusia.

Namun, diantara kedua pihak tersebut, ada juga kelompok preman bersenjata yang menyerang warga sipil dan tidak jarang menewaskan mereka dengan tembakan di leher atau kepala.

Adapun, demonstrasi yang berlangsung Senin (15/5) merupakan aksi terbaru yang digelar kelompok oposisi. Mereka menyebut tidak akan berhenti turun ke jalan hingga pemerintah menyerukan pemilu untuk menentukan presiden baru.

Sementara Maduro telah menyebut bahwa pemilu akan digelar saat masa jabatannya berakhir pada 2018 nanti. Maduro juga menuding oposisi meminta dukungan AS guna melengserkannya.

Presiden Maduro pun memperpanjang 60 hari keadaan darurat yang telah berlaku sejak Januari 2016. Itu memungkinkan dia membatasi hak-hak konstitusional dan mengambil langkah-langkah keamanan politik, ekonomi dan publik khusus yang dia anggap sesuai untuk mengatasi krisis. (op/adm)

Blog, Updated at: 09.54

0 komentar:

Posting Komentar

TRANSLATE

Popular Posts

loading...