 |
| Wisata Paus Laut Sawu NTT |
Info1 Indonesia
--
Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
mulai serius menggarap potensi wisata ikan paus di Laut Sawu. Tingginya
minat wisatawan mancanegara untuk melihat dari dekat mamalia terbesar di
laut membuat pemerintah daerah merangkul Taman Nasional Perairan (TNP)
Laut Sawu untuk mempromosikan wisata bahari itu.
“Wisata paus sangat menjanjikan di masa depan, namun belum banyak dikembangkan di perairan Indonesia,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Marius Ardu Jelamu di Kupang, dikutip dari Antara, Senin (8/5).
Marius mencatat, setidaknya ada tiga kawasan Laut Sawu yang kerap menjadi titik migrasi kawanan paus dan lumba-lumba, yaitu Solor-Lewotobi di Kabupaten Flores Timur, Ile Ape-Lamalera di Kabupaten Lembata dan Paket Alor-Pantar di Kabupaten Alor.
Selain menawarkan pengamatan paus secara langsung, Pemerintah Provinsi juga akan mengombinasikannya dengan wisata budaya, wisata alam, dan wisata religi.
“Wisata paus sangat menjanjikan di masa depan, namun belum banyak dikembangkan di perairan Indonesia,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Marius Ardu Jelamu di Kupang, dikutip dari Antara, Senin (8/5).
Marius mencatat, setidaknya ada tiga kawasan Laut Sawu yang kerap menjadi titik migrasi kawanan paus dan lumba-lumba, yaitu Solor-Lewotobi di Kabupaten Flores Timur, Ile Ape-Lamalera di Kabupaten Lembata dan Paket Alor-Pantar di Kabupaten Alor.
Selain menawarkan pengamatan paus secara langsung, Pemerintah Provinsi juga akan mengombinasikannya dengan wisata budaya, wisata alam, dan wisata religi.
Mengutip survei Rapid Ecological Assessment (REA) yang dilakukan TNP,
Laut Sawu menjadi tempat hilir-mudik 14 spesies paus, tujuh spesies
lumba-lumba, dan satu spesies duyung.
Masih dari survei yang sama, TNP menyebut wisata maritim dengan daya tarik utama paus dan lumba-lumba telah dikembangkan di 90 negara yang setiap tahun bisa menyerok keuntungan sampai Rp1,4 triliun.
Di Indonesia, aktivitas itu relatif baru meskipun sebenarnya bisa dikembangkan di wilayah-wilayah seperti Sunda Kecil, Laut Banda dan Raja Ampat.
"Di Laut Sawu, paus berkembang biak sehingga cocok dikembangkan jadi wisata menonton paus," katanya. (op/adm)
Masih dari survei yang sama, TNP menyebut wisata maritim dengan daya tarik utama paus dan lumba-lumba telah dikembangkan di 90 negara yang setiap tahun bisa menyerok keuntungan sampai Rp1,4 triliun.
Di Indonesia, aktivitas itu relatif baru meskipun sebenarnya bisa dikembangkan di wilayah-wilayah seperti Sunda Kecil, Laut Banda dan Raja Ampat.
"Di Laut Sawu, paus berkembang biak sehingga cocok dikembangkan jadi wisata menonton paus," katanya. (op/adm)
0 komentar:
Posting Komentar